CERPEN HASIL KARYA NAYYA FAIZAH
Kebahagiaan Hati
Karya Nayya Faizah Mutnainnah
“Waalaikumsalam” ucap bunda di akhir panggilan video. Runa segera meletakkan ponselnya di atas meja kayu berwarna coklat tua yang ada di kamarnya. Rasa lelah datang menghampiri, segera ia rebahkan tubuh di atas kasur empuk yang setia menemaninya di sepanjang malam. Matanya menatap langit kamar yang diterangi lentera berwarna jingga. Rintik-rintik air hujan melantun indah dan berselimutkan dingin yang membuat Runa semakin merindukan bundanya.
Sudah enam hari bunda meninggalkan rumah untuk bekerja di sebuah rumah sakit. Bunda bekerja sebagai seorang dokter. Bunda harus mengurungkan niatnya untuk pulang karena harus tetap bekerja. Sebenarnya, bukan rasa rindu yang membuat Runa menelepon bundanya setiap hari tapi rasa khawatir yang selalu menghantuinya. Runa mengkhawatirkan keselamatan bundanya, lantaran Runa selalu menonton televisi yang menayangkan dampak virus yang sedang melanda daerahnya. Runa mengkhawatirkan virus yang sewaktu-waktu bisa saja menyerang ketahanan tubuh bundanya dan tim medis lainnya.
Lima kali sudah Runa menelepon bundanya hari ini. “Bunda kapan pulang? Runa rindu bunda.” tanya Runa dengan sedikit merengek. “Bunda masih harus bekerja, mereka juga membutuhkan bantuan bunda. Runa doakan saja semoga masalah ini cepat selesai dan kita bisa berkumpul kembali.” jawab bunda menenangkanku.
“Sudah menelepon bunda?” tanya kakakku di depan pintu kamar. ‘Sudah kak” jawabku singkat dan kesel karena bunda belum bisa pulang. “Sampai kapan kamu mau menelepon bunda? Memang tugas bunda harus membantu mereka yang sakit.” tanya kakakku lagi. “Aku khawatir dengan keselamatn bunda” aku membela diri. “Kita doakan saja semoga bunda selalu sehat dan dapat berkumpul lagi bersama kita” jawab kakakku seraya menenangkan.
Aku masih belum bisa menenangkan diriku. Aku masih saja cemas memikirkan bunda. Aku lebih banyak melamun membayangkan jika sesuatu yang buruk akan terjadi pada bunda. Segera saja kutepis jauh-jauh pikiran burukku.
Tak terasa hari mulai gelap. Sang mentari kembali ke peraduannya. Kulangkahkan kaki menuju sumur yang ada di belakang rumah untuk berwudu guna melaksanakan salat magrib. Pintaku kepada sang pencipta agar bunda selalu diberi kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sehingga virus yang melanda segera hilang dan kami bisa berkumpul kembali. Air mataku mulai bercucuran membasahi pipi. Itulah pintaku kepada sang pencipta. Setelah salat dan berdoa, kubaringkan tubuh di atas kasur empuk yang ada di kamarku. Jam dinding kamarku terus berdetak tanpa henti yang menunjukkan pukul 20.00 WIB. Akupun kembali bersimpuh menghadap sang pencipta setelah melasaksanakan salat isya. Setelah itu kupejam kedua bola mataku, kutarik selimut hingga menutupi kaki sampai dada. Akupun tertidur nyenyak bersama nyanyian binatang malam.
Malam terasa berlalu begitu cepat. Gelap malam telah berganti dengan cerah, secerah hatiku menyambut hari penuh harap. Bunyi hujan yang turun membasahi bumi tak terdengar lagi, yang kini berganti menjadi bunyi merdu kokokkan ayam jantan pertanda pagi telah tiba. Pagi ini kusambut dengan penuh suka cita. Energi pagi kuciptakan dengan meneguk segelas susu hangat yang membuatku bertambah ceria.
Jarum jam di tanganku menunjukkan pukul 11.30 WIB. Aku teringat kepada bunda dan mencoba untuk meneleponnya untuk menanyakan keaadaan bunda. Aku yakin kalau aku tidak akan mengganggunya karena sekarang menunjukkan waktu untuk beristirahat. “Assalammualaikum” kataku langsung setelah bunda menerima teleponku. Aku menggunakan panggilan video agar aku bisa melihat bunda secara langsung dan dapat melihat keadaan bunda serta keadaan di sekitar bunda. “Waalaikumsalam” jawab bunda. “Bunda apa kabar?” tanyaku lagi. “Alhamdulillah baik. Kamu sendiri?” kata bunda. “Alhamdulillah, kami baik-baik. Hanya saja Runa rindu dengan bunda” jawab Runa. Melalui panggilan video yang kami lakukan, bunda menunjukkan keadaan rumah sakit tempat bunda bekerja. Aku dapat melihat setiap sudut rumah sakit, mulai dari ruang kerja bunda, ruang pemeriksaan, kamar pasien, tempat pengambilan obat, dan masih banyak ruangan lainnya.
Hatiku merasa puas dan senang, rasa rinduku kepada bunda yang selama ini terpendam terbayar sudah setelah bisa bertatap langsung dengan bunda, meskipun hanya melalui panggilan video. Sekarang rasa cemas dan khawatirku kepada bunda mulai berkurang karena bunda terlihat sangat berseri dan semangat dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang dokter. Aku berpesan kepada bunda untuk selalu menjaga kebersihan agar tidak mudah sakit.
Di tengah pembicaraanku dengan bunda, tiba-tiba ada seorang pasien yang menghampiri bunda dan sepertinya ingin berkenalan bahkan berbicara denganku. Bundapun memberikan ponselnya kepada pasien itu. “Halo, selamat siang, perkenalkan namaku Dian.” sapa pasien itu kepadaku. “Selamat siang, namaku Runa.” jawabku. “ Senang bisa berkenalan denganmu.” terima kasih jawabku. “Koleksi bukumu banyak ya? Tanyanya yang sedari tadi memperhatikan koleksi bukuku yang tersusun rapi di rak buku di belakangku. Ternyata Dian memperhatikan buku-buku yang ada di rumahku. “Iya, aku memiliki banyak koleksi buku di rumahku.” jawabku. “Aku juga memilki banyak buku di rumahku dan aku sangat gemar membaca buku, tapi semenjak aku masuk rumah sakit, aku menjadi jarang membaca buku. Hanya beberapa buku saja yang aku bawa ke rumah sakit dan itupun sudah selesai aku baca” ujar Dian kepadaku dengan menunjukkan wajah yang sedih.
Aku dan Dian sudah cukup lama berbicara melalui sambungan telepon. Dian meminta nomor ponselku agar kami berdua bisa saling bertukar pikiran dan berbagi sedikit ilmu mengenai buku yang kami baca. Waktu istirahat bagi bunda dan tenaga medis lainnya telah usai. Kini saatnya bunda dan tenaga medis lainnya untuk kembali bekerja memeriksa kesehatan pasien di rumah sakit itu. Tiba-tiba bunda datang menghampirinya untuk meminta ponselnya kembali. Dianpun memberikan ponsel kepada bunda dan ia kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
karena bunda harus kembali bekeja untuk memeriksa pasien lain di rumah sakit itu.
Rasa lelah dan kantuk datang mempari setelah aku menelepon bunda. Kurebahkan sekujur tubuh yang mulai tak berdaya dan berusaha untuk memejamkan kedua bola mataku, tapi rasa kantuk yang kualami tidak dapat membuatku tertidur lelap. Berbagai macam posisi tidur telah kulakukan agar aku dapat tidur dengan nyenyak, tapi tetap saja tidak bisa membuatku tertidur. Akhirnya kuputuskan untuk mengambil koleksi buku terbaruku untuk dibaca. Lembar demi lembar halaman buku telah kubaca dan pada akhirnya aku hampir menyelesaikan buku yang kubaca.
Aku teringat kepada Dian. Ponselku berdering menunjukkan ada sebuah panggilan. Sebuah nomor telepon yang tidak kukenal. Aku menjadi ragu, apakah harus kuterima atau kubiarkan saja. Dengan berpikir sejenak, akhirnya kuterima panggilan masuk tersebut. “Halo” kataku langsung. “Halo, Runa, ini Dian.” ujar Dian. Akupun mulai berbicara dengan Dian, dan pastinya membahas dengan buku. “Apakah semua buku yang kamu miliki sudah dibaca?” tanya Dian. “Sebagian besar buku yang miliki sudah kubaca, hanya sedikit saja yang belum kubaca.” jawabku kepada Dian. “Mengapa kamu sangat senang membaca buku?” lagi-lagi Dian bertanya kepadaku. Akupun kembali bertanya kepada Dian. “Mengapa kamu juga senang membaca buku?” tanyaku balik kepada Dian. “Mungkin jawaban kita pasti sama, membaca buku adalah kewajiban setiap orang. Membaca buku adalah kewajiban dan bukan merupakan hobi, karena dengan membaca buku, kita bisa membuka cakrawala dan mendapatkan banyak ilmu pengetahuan.” jawabku. Aku juga menegaskan kepada Dian bahwa setiap buku yang kita miliki harus kita baca dan keinginan setiap buku adalah untuk dibaca.
Penjelasan yang kuberikan kepada Dian, membuatnya semakin giat untuk membaca. Dianpun juga mengatakan kalau ia akan selalu membaca agar pengetahuan yang ia miliki semakin bertambah. Bacalah buku, pahami isinya, dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Niscaya kita akan mendapatkan kebahagian hati dan tidak akan tenggelam dalam kemajuan zaman.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Penyaringan Timah Menggunakan Lidah Mertua Untuk Menghasilkan Air Layak Konsumsi
- Pemanfaatan Tanaman Pucuk Idat (Crotoxylum Glaucum) Sebagai Pengusir Nyamuk Alami
- CERPEN HASIL KARYA NAYYA
- CERPEN HASIL KARYA CAHAYA ANGGELA
- SURAT UNTUK GUBERNUR HASIL KARYA ALILKA
Kembali ke Atas