• header
  • header

Selamat Datang di Website SMP NEGERI 1 KELAPA. Welcome to SMP NEGERI 1 KELAPA. Terima Kasih Kunjungannya, Jangan Lupa Tinggalkan Jejak dengan Mengisi Buku Tamu!

Pencarian

Kontak Kami


SMP NEGERI 1 KELAPA

NPSN : 10900611

Jl. Pusuk, No. 6 Kelapa, Kab. Bangka Barat, Prov. Kep. Bangka Belitung, Kode Pos 33364


[email protected]

TLP : 0265656565


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 176340
Pengunjung : 65611
Hari ini : 13
Hits hari ini : 34
Member Online : 0
IP : 18.97.14.82
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

CERPEN HASIL KARYA CAHAYA ANGGELA




Menembus Dunia dengan Buku

Karya Cahaya Anggela

“Di mana bukunya?” cari seorang gadis kecil berkacamata. Namanya Venus. Ia memilikimata sipit yang berhiaskan bulu mata yang lentik. “Apa yang kamu cari?” tanya Dione yang ikut kebingungan. Dione adalah sahabat Venus. “Aku mencari buku yang baru kubeli” jawab Venus. “Ini?” jawab Dione sambil menunjukkan sebuah buku kepada Venus. “Ya. Itu bukunya” jawab Venus langsung. Dione memberikan buku itu kepada Venus. Dione menemukan buku itu terjatuh di bawah meja dan merasa tertarik dengan buku tersebut sehingga ia langsung mengambil dan membacanya.

            Waktu istirahat telah selesai. Tak terasa 20 menit sudah aku berada di kelas untuk mencari bukuku. Aku dan Dione kembali duduk ke bangku kami masing-masing. Aku dan Dione duduk bersebelahan di kelas. Aku dan Dione juga terkenal sebagai anak yang berprestasi di sekolah. Selain berprestasi, aku dan Dione adalah anak yang baik, ramah, dan mudah bergaul dengan teman di sekolah. “Dione, kamu mau meminjam buku ini?” tanyaku sambil menunjukkan buku yang ditemukan Dione di kelas. “Mau” jawab Dione langsung. Aku meminjamkan buku itu kepada Dione sebagai ucapan terima kasih telah menemukan bukuku.

Lonceng tanda pelajaran berakhir telah berbunyi. Aku dan teman-teman bergegas  mengemas buku pelajaran dan dilanjutkan dengan membaca doa bersama. Setelah berdoa, aku meninggalkan kelas dan menuju halte untuk menunggu ayah menjemputku. Sambil menunggu ayah, aku bernyanyi-nyayi kecil, suara merdupun keluar dari bibir manisku. Lima menit sudah aku menunggu ayah namun ayah belum datang juga. Rasa jenuh mulai datang menghantuiku, kuambil sebuah novel dari dalam tasku, dan akupun mulai membaca. Tak terasa sudah delapan halaman novel yang kubaca. Klakson mobil ayahpun berbunyi, sebagai tanda bahwa ayah telah datang menjemputku.Ayah melambaikan tangan kepadaku. “Selamat siang putri ayah yang cantik.” Sambut ayah penuh rayu. “Selamat siang ayah” balasku kepada ayah sambil melambaikan tangan.

Sesampai di rumah, kuucapkan salam kepada ibu dan ibupun langsung membalas salamku sambil menyiapkan makan siang. Aku bergegas ke kamar untuk berganti pakaian di lanjutkan dengan salat zuhur. Setelah salat, aku menemui ayah dan ibu untuk makan siang bersama. Hari ini ibu memasak lempah kuning kesukaanku. Aku makan masakan ibu dengan lahap dan perutku sudah terasa kenyang. “Bu, nanti aku mau ke taman yang ada di dekat rumah kita.” Kataku kepada ibu. “Ada apa di taman?” tanya ibu. “Aku mau membagikan sebagian buku yang kupunya.” Jawabku kepada ibu. “Boleh” jawab ibu dengan penuh senyum sebagai tanda bahwa ibu setuju dengan kegiatan yang akan kulakukan. “Ayah bangga padamu.” jawab ayah sambil mengelus lembut kepalaku.

Aku segera bersiap dan mengumpulkan buku-buku yang akan ku bagikan di taman. Kumasukkan buku-buku itu ke dalam sebuah kardus yang berukuran cukup besar. Ayah membantu mengangkat buku yang kumasukkan ke dalam kardus. Aku dan ayah berjalan menelusuri jalan menuju taman. Di sepanjang taman, aku melihat orang-orang sedang berkumpul bersama. Ada yang sedang makan siang bersama keluarganya, ada juga yang sedang mengajak anaknya untuk bermain, bahkan ada juga yang hanya sekedar bersantai menikmati kesejukkan udara taman. “Terima kasih” kataku kepada ayah. “Sama-sama” jawab ayah sambil memberikan senyum terindahnya kepadaku. Ayahku meninggalkan ku di taman dan kembali ke rumah.

Aku mulai mengeluarkan buku dari dalam kardus dan membagikan buku-buku itu kepada orang-orang yang lewat di dekatku. Tanpa sengaja aku melihat seorang gadis kecil yang terlihat sedang bersedih dan kebingungan. Pandanganku sekarang hanya tertuju pada sosok gadis kecil yang berada di tengah keramaian itu. Aku menghampiri gadis itu. “Hai” sapaku. “Hai juga” jawabnya. Terukir senyum manis di bibirnya setelah menjawab salamku. Akupun membalas dengan senyum termanisku. “Siapa namamu? Ini ada sebuah sebuah buku untukmu semoga bisa bermanfaat.” Kataku sambil menyodorkan sebuah buku kepadanya. “Namaku Lisa. Terima kasih karena telah memberiku sebuah buku.” Jawabnya. Namun aku tidak melihat sebuah kebahagiaan di wajahnya, yang terlihat adalah sebuah raut muka yang sedih dan bingung. “Mengapa kamu terlihat sedih? Apakah kamu tidak suka dengan bukunya? Kalau tidak suka, aku bisa menggantinya dengan buku yang lain” jawabku sambil menenangkan. “Aku bukan tidak suka, tapi aku tidak bisa membaca” jawabnya sambil meneteskan air mata. Aku terkejut mendengar jawabkan yang terucap dari bibirnya. Hatiku bergetar dan tersentak mendengarnya. Aku tidak bisa membayangkan mengapa hal ini bisa terjadi. Di zaman yang semaju dan semodern seperti ini ternyata masih ada anak yang tidak bisa membaca. Bukankah membaca itu adalah sebuah kewajiban bagi kita.

“Kamu mau belajar membaca?” tanyaku kepada Lisa. “Mau” jawabnya langsung. “Siapa yang akan mengajariku membaca?” tanya Lisa lagi. “Aku yang akan mengajarimu.” Jawabku. Air mata bahagia kembali terurai membasahi pipi Lisa. Lisa merasa senang karena masih ada orang peduli terhadapnya. Tanpa membuang waktu, aku langsung mengajari Lisa membaca. Hal pertama yang aku lakukan adalah mengenalkan huruf-huruf kepada Lisa. Tak perlu waktu lama, Lisa sudah bisa mengenal huruf. Setelah itu kucoba mengajarinya untuk merangkai huruf menjadi sebuah kata. Berbagai macam huruf kurangkaikan menjadi sebuah kata. Lisa sudah bisa mengenal dan merangkai huruf menjadi sebuah kata. “Terima kasih” kata Lisa kepadaku. Aku membalas dengan sebuah senyuman sebagai tanda bahwa aku sangat senang bisa mengajari dan berbagi sedikit ilmu kepada Lisa. Kuberika sebuah buku kepada Lisa untuk belajar membaca buku. Lisa tampak begitu girang dan bahagia setelah mendapatkan sebuah buku dariku. Indahnya berbagi, walau hanya sebuah buku. Semoga yang buku yang kuberikan dapat bermanfaat dan bisa membuat Lisa membuka dunia baru baginya.

Langkah kaki kulangkahkan menuju rumahku. Wajahku yang terlihat ceria dan bahagia membuat ayah dan ibuku bertanya-tanya setelah sampai di rumah. “Selamat sore, Venus.” Sapa ibu setelah aku sampai di rumah. “Sore, Ibu.” jawabku dengan memberikan senyum termanisku. “Apa yang kamu rasakan hari ini setelah membagikan bukumu? Apakah kamu senang?” tanya ibu. “Aku sangat senang.” Jawabku. “Selain bisa berbagi buku, aku juga mendapatkan seorang teman baru.” Jawabku lagi. “Teman baru? Siapa?” lanjut ibu. “Tadi aku bertemu dengan seorang gadis kecil di taman. Lisa namanya. Ia tampak sedih setelah menerima buku yang kuberikan kepadanya.” Jawabku. “Mengapa dia bersedih? Apakah dia tidak suka dengan buku yang kamu berikan?” tanya ibu. “Awalnya aku berpikiran seperti itu, tapi ternyata salah. Ia belum bisa membaca buku.” Jawabku kepada ibu. Aku memceritakan semua pengalaman yang aku alami hari ini kepada ayah dan ibu. Ayah dan ibu bangga kepadaku, karena diusiaku yang masih muda, aku bisa berbagi dengan sesama dan bisa membuat oranglain menjadi senang.

Aku merasa sangat puas hari ini. Rasa lelah dan capai yang kurasakan terbayar lunas dengan melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Lisa. Aku berharap dapat bertemu kembali dengan Lisa. Sejenak kurebahkan tubuhku di atas kasur sambil memeluk boneka beruang kesayanganku. Tatapan mataku tertuju pada langit-langit kamarku. Aku masih teringat dengan pengalamanku yang aku alami hari ini.

            Mentari pagi telah memancarkan cahayanya. Cahayanya yang cerah memberikan secercah asa dalam menyambut hari yang lebih bercahaya. Kusambut pagi dengan penuh senyum dan berharap bisa memberikan kebaikan kepada orang lain. Waktu menujukkan pukul 06.30 WIB. Waktu yang menunjukkan bahwa aku harus bersiap untuk berangkat ke sekolah. Kegiatanku di sekolah hari ini berjalan lancar. Pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh guru dapat kuterima dengan baik.

            Seperti biasa, setiap hari setelah jam pelajaran sekolah berakhir, aku menunggu ayah di halte yang ada di depan sekolahku. Tak perlu menunggu waktu lama, akhirnya ayah datang menjemputku. Di tengah perjalanan pulang, aku melihat Lisa yang sedang membaca buku di pinggir taman.Aku meminta kepada ayah untuk berhenti sebentar. “Ada apa?” tanya ayahku. “Itu Lisa. Teman baru yang kutemui di taman.” Kataku kepada ayah. Ayah memarkirkan mobil di pinggir taman. Aku keluar mobil dan menemui Lisa. Ternyata ayah juga menyusulku dan menemui Lisa. “Ini Lisa. Teman baruku yang kuceritakan kepada ayah dan ibu.” Kataku kepada ayah. “Apa yang kamu lakukan di taman ini?” tanya ayah kepada Lisa. “Aku sedang belajar membaca.” Jawab Lisa. Aku meminta kepada ayah untuk mengajak Lisa ke rumah karenamau mengajarinya lagi membaca. Ayahpun menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa ayah setuju dengan usulku. Aku, ayah, dan Lisa segera berangkat menuju rumah. 

            Sesampainya di rumah, aku mengajak Lisa ke kamarku. Di sana aku mengajarkan banyak hal kepada Lisa, baik tentang membaca maupun tentang kehidupan. Meskipun kami berdua baru saling kenal, tetapi rasa persahabatan yang terjalin antara aku dan Lisa sudah cukup baik. Aku senang bisa berbagi ilmu kepada Lisa dan Lisapun merasa senang bisa belajar bersamaku.

            Persahabatan antara aku dan Lisa terus terjalin dengan baik. Dengan buku yang kuberikan kepada Lisa, dapat membuatnya menjadi orang yang lebih baik. Buku dapat membuat persahatanku dan Lisa semakin akrab. Berkat buku yang kuberikan, membuat hidup menjadi lebih berwarna serta dapat membuka mata menembus dunia. Terima kasih, buku.

 




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas